Dua mingguan setelah peristiwa ‘Akibat Main Mobil
Goyang’ aku sedang makan di kantin mahasiswa bersama Ratna. Kami ngerumpi
sambil menunggu jam kuliah berikutnya, saat itu jam 12.00 jadi kantin sedang-
penuh-penuhnya. Waktu sedang larut dalam canda tawa, tiba-tiba pundakku ditepuk
dari belakang dan orang itu langsung duduk di sebelah kiriku.
“Helo girls, gabung yah, penuh nih !” sapa orang itu yang ternyata si Dimas, salah satu playboy kampusku yang dua minggu lalu terlibat ML denganku (baca Akibat Main Mobil Goyang)
“Penuh apa alasan buat bisa deketin kita, heh ?” goda Ratna padanya.
“Iya nih, dasar, itu tuh disana aja kan ada yang kosong, hus…hus..!!” kataku dengan nada bercanda
“Maunya sih…cuma kalo gua disana takutnya ada yang merhatiin gua, jadi mendingan gua deketin sekalian” kelakarnya dengan gaya khas seorang playboy.
“Gila ga tau malu amat, jijay lo !” sambil kucubit lengannya
“Helo girls, gabung yah, penuh nih !” sapa orang itu yang ternyata si Dimas, salah satu playboy kampusku yang dua minggu lalu terlibat ML denganku (baca Akibat Main Mobil Goyang)
“Penuh apa alasan buat bisa deketin kita, heh ?” goda Ratna padanya.
“Iya nih, dasar, itu tuh disana aja kan ada yang kosong, hus…hus..!!” kataku dengan nada bercanda
“Maunya sih…cuma kalo gua disana takutnya ada yang merhatiin gua, jadi mendingan gua deketin sekalian” kelakarnya dengan gaya khas seorang playboy.
“Gila ga tau malu amat, jijay lo !” sambil kucubit lengannya
Kami bertiga menikmati makan dan obrolan kami
semakin seru dengan datangnya pemuda ini. Harus kuakui Dimas memang pandai
berkomunikasi dengan wanita dan menarik perhatian mereka. Dalam empat sekawan
geng-ku saja dia sudah pernah menikmati petualangan sex dengan tiga diantaranya
(termasuk aku), tinggal si Indah yang belum dia rasakan.
“Kuliah jam berapa lagi nih kalian ?” tanyanya
“Gua sih masih lama, jam tiga nanti, pulang tanggung” jawabku
“Kalo gua sih sebentar lagi jam satu masuk, BT deh kuliahnya Bu Dinah yang killer itu” jawab Ratna sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
“Halo Ci….hai Nana (Ratna) !” sapa Indah yang tiba-tiba nongol dari keramaian orang lalu duduk di sebelah Ratna.
Hari itu Indah tampil dengan penampilan barunya yaitu rambutnya yang panjang itu dicat coklat sehingga nampak seperti cewek indo. Dia terlihat begitu menawan dengan baju pink yang bahunya terbuka dipadu celana panjang putih.
“Kuliah jam berapa lagi nih kalian ?” tanyanya
“Gua sih masih lama, jam tiga nanti, pulang tanggung” jawabku
“Kalo gua sih sebentar lagi jam satu masuk, BT deh kuliahnya Bu Dinah yang killer itu” jawab Ratna sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
“Halo Ci….hai Nana (Ratna) !” sapa Indah yang tiba-tiba nongol dari keramaian orang lalu duduk di sebelah Ratna.
Hari itu Indah tampil dengan penampilan barunya yaitu rambutnya yang panjang itu dicat coklat sehingga nampak seperti cewek indo. Dia terlihat begitu menawan dengan baju pink yang bahunya terbuka dipadu celana panjang putih.
Kuperkenalkan Dimas pada Indah, berbeda dengan kami
bertiga yang dari fakultas yang sama, Sastra Inggris, Indah berasal dari
Fakultas Ekonomi sehingga dia belum mengenal Dimas. Begitu kenal dengan Indah,
Dimas langsung beraksi dengan kata-kata dan pujian gombalnya. Dengan sifat
Indah yang gaul itu mereka cepat akrab dan omongannya nyambung.
“Dasar aligator darat” begitu gumamku dalam hati sambil menyedot minumanku.
Tak lama kemudian HP Ratna berdering lalu dia pamitan karena ada janji mau mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di perpustakaan. Jadi sekarang tinggallah kami bertiga.
“Ngapain yah enaknya sambil nunggu, bosen kan disini terus ?” kata Indah setelah menghabiskan kentang goreng dan minumnya. Ternyata dia sedang menunggu kuliah jam tiga juga.
“Ke kost gua gimana ? gua sih dah beres ga ada apa-apa lagi” usul Dimas
Kami pun mengiyakan daripada menunggu dua jam lebih di kampus, di kostnya kan banyak film jadi bisa nonton dulu. Kami pun berjalan ke gerbang samping yang menuju ke kostnya setelah membayar makan.
“Dasar aligator darat” begitu gumamku dalam hati sambil menyedot minumanku.
Tak lama kemudian HP Ratna berdering lalu dia pamitan karena ada janji mau mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di perpustakaan. Jadi sekarang tinggallah kami bertiga.
“Ngapain yah enaknya sambil nunggu, bosen kan disini terus ?” kata Indah setelah menghabiskan kentang goreng dan minumnya. Ternyata dia sedang menunggu kuliah jam tiga juga.
“Ke kost gua gimana ? gua sih dah beres ga ada apa-apa lagi” usul Dimas
Kami pun mengiyakan daripada menunggu dua jam lebih di kampus, di kostnya kan banyak film jadi bisa nonton dulu. Kami pun berjalan ke gerbang samping yang menuju ke kostnya setelah membayar makan.
Hanya dalam lima menit kami sudah tiba di tujuan.
Kostnya cukup besar dan bagus karena termasuk kost yang mahal di daerah sini,
terdiri dari dua tingkat dengan kamar mandi di kamar masing-masing. Penghuninya
campur pria-wanita, tapi menurut Dimas lebih dari setengahnya wanita, makannya
dia betah di sini.
“Welcome to my room, sori yah rada berantakan” dia membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk ke kamarnya di tingkat dua.
Ini bukan pertama kalinya aku ke sini, aku bahkan pernah ML disini saat one night stand dengannya. Pada temboknya terpampang beberapa poster pemain sepak bola, juga ada sebuah poster anime Kenshin. Foto pacarnya yang kuliah di luar negri dipajang diatas meja belajarnya yang sedikit acak-acakan. Kami ngobrol-ngobrol sambil menikmati snack hingga akhirnya obrolan kami mulai menjurus ke masalah seks. Dimas tanpa basa-basi menawarkan nonton film bokep koleksinya, dipilihnya salah satu vcd bokep Jepang favoritnya. Aku tidak ingat judulnya, yang pasti adegannya membuatku merinding. Kami bertiga hening menatapi layar komputer seakan terhanyut dalam adegan yang pemerkosaan masal seorang wanita oleh beberapa pria, sperma pria-pria itu berhamburan membasahi si wanita.
“Welcome to my room, sori yah rada berantakan” dia membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk ke kamarnya di tingkat dua.
Ini bukan pertama kalinya aku ke sini, aku bahkan pernah ML disini saat one night stand dengannya. Pada temboknya terpampang beberapa poster pemain sepak bola, juga ada sebuah poster anime Kenshin. Foto pacarnya yang kuliah di luar negri dipajang diatas meja belajarnya yang sedikit acak-acakan. Kami ngobrol-ngobrol sambil menikmati snack hingga akhirnya obrolan kami mulai menjurus ke masalah seks. Dimas tanpa basa-basi menawarkan nonton film bokep koleksinya, dipilihnya salah satu vcd bokep Jepang favoritnya. Aku tidak ingat judulnya, yang pasti adegannya membuatku merinding. Kami bertiga hening menatapi layar komputer seakan terhanyut dalam adegan yang pemerkosaan masal seorang wanita oleh beberapa pria, sperma pria-pria itu berhamburan membasahi si wanita.
Darahku serasa memanas dan selangkanganku mulai
basah. Indah di sebelahku juga mulai gelisah, dia terlihat menggesek-gesekkan
kedua pahanya. Dan, si Dimas….oh dia meremas-remas tangan Indah, dia juga mulai
berani mengelus lengannya. Melihat reaksi Indah yang malu-malu mau dan sudah
terangsang berat, Dimas makin berani mendekatkan mulutnya ke pundak Indah yang
terbuka. Indah menggelinjang kecil merasakan hembusan nafas Dimas pada leher
dan pundaknya. Karena sudah merasa horny, ditambah lagi Dimas dan Indah mulai
beraksi, akupun tidak malu-malu lagi mengekspresikan nafsuku pada Indah yang
duduk paling dekat denganku. Tanganku merayap lewat bagian bawah bajunya dan
terus menyelinap ke balik bra-nya. Aku dapat merasakan putingnya makin mengeras
ketika kumain-mainkan dengan jariku. Mulutku saling berpagutan dengannya, lidah
kami saling beradu dan bertukar ludah. Sementara di sebelah sana, Dimas mulai
menjilati leher dan pundaknya, disibakkannya rambut panjang itu lalu dihirupnya
wangi tubuhnya sebelum cupangannya berlanjut ke leher dan belakang telinganya.
Indah mendesah tertahan menikmati perlakuan ini,
tangannya mulai bergerak meraih penis Dimas yang masih tertutup celana
jeansnya, diraba-rabanya benda yang sudah mengeras itu dari luar. Ciuman Dimas
menurun lagi ke bahu Indah sambil menurunkan pakaian dengan bahu terbuka itu
secara perlahan-lahan, suatu cara profesional dan erotis dalam menelanjangi
seorang wanita. Aku juga ikut menurunkan pakaian Indah dari sebelah kiri
sehingga pakaian itu sekarang menggantung di perutnya. Dengan cekatan Dimas
menurunkan cup BH kanannya dan langsung melumatnya dengan rakus. Indah melenguh
merasakan payudaranya dihisap kuat oleh Dimas. Aku sekarang melepaskan
pakaianku sendiri hingga bugil lalu mendekati Dimas yang sudah merebahkan tubuh
Indah di ranjangnya. Kupeluk pinggangnya dari belakang dan melepaskan sabuknya
disusul resleting celananya. Dimas berhenti sejenak untuk membiarkanku melucuti
dirinya, disaat yang sama Indah juga melepasi pakaiannya. Kini kami bertiga
sudah telanjang bulat. Kami menyuruh Dimas rebahan di ranjang agar bisa
menservis penisnya. Penis yang sudah mengeras kukocok dan kujilati, lalu
kumasukkan ke mulutku.
Bersama dengan Indah, kami bergantian melayani
‘adik’ Dimas dengan jilatan dan emutan. Indah melakukan aktivitasnya dengan
terngkurap diatas tubuh Dimas dengan kata lain mereka dalam posisi 69, jadi
Dimas bisa menikmati vagina Indah sementara kami berdua menikmati penisnya.
Dimas sangat menikmati vagina Indah, hal ini nampak dari cara dia menjilat dan
menyedot liang itu, terkadang suara hisapannya terdengar jelas sehingga membuat
Indah mengerang pendek. Beberapa menit kemudian Indah mengerang lebih panjang
dan suara seruput Dimas terdengar lebih jelas, ternyata Indah sudah mencapai
orgasme pertama. Dimas mengganti posisi, Indah disuruh telungkup di ranjang dan
pantatnya diangkat menungging, Dimas sendiri mengambil posisi di belakangnya
dan mengarahkan senjatanya ke vagina Indah. Indah merintih sambil meremas sprei
menikmati penis Dimas melesak masuk membelah bibir bawahnya. Ketika penis itu
masuk sebagian, Dimas menghentakkan pinggulnya dengan bertenaga sehingga
penisnya amblas seluruhnya dalam vagina Indah. Tubuhnya tersentak pelan dengan
mata membelakak diikuti dengan erangan nikmatnya.
Dimas memompa Indah dengan gerakan-gerakan yang
mantap dan erotis sehingga Indah tidak sanggup berkata apa-apa selain
mengap-mengap keenakan. Kedua tangannya menjelajahi payudara Indah yang
berukuran sedang tapi padat, kedua putingnya dipencet-pencet atau dipelintir.
Aku sendiri yang tidak tahan hanya menonton mengambil posisi berselonjor di
depan Indah, kedua pahaku kubuka lebar dan kudekatkan ke wajah Indah.
“Dah…jilatin punya gua yah…ga tahan nih !”
Indah mulai menjilati paha dan vaginaku, lidahnya menari-nari menggelikitik klitorisku yang sudah menegang sementara tangannya meraih payudaraku dan mencubit-cubit putingku. Lidah Indah memberi rangsangan tak terkira pada kemaluanku sehingga aku tidak tahan untuk tak mendesah. Desahan kami bertiga pun terdengar memenuhi kamar ini. Kami berganti posisi menjadi woman on top, Indah bergoyang di atas penis Dimas dan aku naik ke wajah Dimas berhadapan dengan Indah, kini vaginaku dilayani oleh Dimas dengan lidahnya.
“Dah…jilatin punya gua yah…ga tahan nih !”
Indah mulai menjilati paha dan vaginaku, lidahnya menari-nari menggelikitik klitorisku yang sudah menegang sementara tangannya meraih payudaraku dan mencubit-cubit putingku. Lidah Indah memberi rangsangan tak terkira pada kemaluanku sehingga aku tidak tahan untuk tak mendesah. Desahan kami bertiga pun terdengar memenuhi kamar ini. Kami berganti posisi menjadi woman on top, Indah bergoyang di atas penis Dimas dan aku naik ke wajah Dimas berhadapan dengan Indah, kini vaginaku dilayani oleh Dimas dengan lidahnya.
Sambil terus bergoyang aku berciuman dengan Indah,
aku kembali menikmati lidah sesama jenisku, kami bercipokan sambil mengeluarkan
desahan-desahan tertahan. Ciuman Indah terus turun ke leherku hingga berhenti
di payudara kananku, sebuah gigitan kecil disertai hisapan pada daerah itu
membuatku menggeliat, disusul tangan Dimas menjulur dari bawah mencaplok yang
kiri. Ooohh…sepertinya bagian sensitifku diserang semua, lidah Dimas yang
dikeraskan itu melesak masuk lebih dalam dan bergoyang menggelikitik dinding
kemaluanku, tangannya yang satu meremas dan sesekali menepuk pantatku yang
sekal. Aku semakin erat mendekap Indah sambil satu tanganku meremas
payudaranya. Tak lama kemudian aku merasa sesuatu yang mendesak keluar dari
bawah sana, ahh…aku tak sanggup lagi menahan cairan cinta yang mulai membasahi
vaginaku. Hal yang sama juga dialami Indah tak lama kemudian, dia melepas
emutannya pada putingku, nafasnya makin memburu dan dia menaik-turunkan
tubuhnya dengan lebih cepat.
Tubuh kami berdua mengejang hebat dan erangan
klimaks keluar dari mulut kami. Dimas menusuk-nusukkan jarinya ke vaginaku
membuat cairan itu makin membanjir dan tubuhku makin tak terkendali, aku
mendesah panjang tanpa mempedulikan rasa sakit dari kuku Indah yang mencakar
lenganku. Cairanku diseruput Dimas dengan rakusnya, vagina Indah juga
mengeluarkan banyak cairan sehingga menimbulkan bunyi kecipak air. Goyangan
kami mulai mereda, kami berpelukan menikmati sisa-sisa orgasme barusan, kami
menghimpun nafas kami yang kacau balau, keringat seperti embun membasahi dahi
dan tubuh kami. Akhirnya kujatuhkan diriku ke samping dan Indah jatuh di
dekapan Dimas. Dimas menoleh ke samping bertatapan muka denganku lalu
mengembangkan senyum, nampak mulutnya masih basah oleh cairan cintaku. Hebat
juga dia, bisa membuat dua wanita klimaks dalam waktu hampir bersamaan, begitu
pujiku dalam hati.
“Gimana girls, ready for next round ? gua belum
keluar nih” katanya sambil mengelus rambut panjang Indah.
“Hhhh…lu duaan aja dulu deh, gua kumpul tenaga dulu. Heh sialan lu Ndah, pakai cakar-cakaran segala sakit tau, nih !” omelku memperlihatkan bekas cakaran di lengan kiriku yang sedikit berdarah sambil mencubit lengannya.
“Hihihi…sory dong Ci, tadi kan kita lagi lupa daratan lagi, yang penting kan enjoy juga” jawabnya santai sambil tersenyum kecil.
Sebentar kemudian Dimas sudah membalikkan tubuh Indah menjadi telentang dibawahnya, lalu kembali penisnya dimasukkan ke vagina Indah diiringi desahannya. Ranjang ini sudah mulai bergetar lagi oleh goyangan tubuh mereka. Sambil menggenjot Dimas meraih payudaraku dan memencetnya lembut sebagai sinyal mengajakku segera bergabung.
“Ntar yah, gua mo minum dulu nih, haus” kataku sambil bangkit berdiri dan mengambil sebuah gelas, aku membuka kran dispenser yang terletak di dekat jendela untuk mengisi air.
“Hhhh…lu duaan aja dulu deh, gua kumpul tenaga dulu. Heh sialan lu Ndah, pakai cakar-cakaran segala sakit tau, nih !” omelku memperlihatkan bekas cakaran di lengan kiriku yang sedikit berdarah sambil mencubit lengannya.
“Hihihi…sory dong Ci, tadi kan kita lagi lupa daratan lagi, yang penting kan enjoy juga” jawabnya santai sambil tersenyum kecil.
Sebentar kemudian Dimas sudah membalikkan tubuh Indah menjadi telentang dibawahnya, lalu kembali penisnya dimasukkan ke vagina Indah diiringi desahannya. Ranjang ini sudah mulai bergetar lagi oleh goyangan tubuh mereka. Sambil menggenjot Dimas meraih payudaraku dan memencetnya lembut sebagai sinyal mengajakku segera bergabung.
“Ntar yah, gua mo minum dulu nih, haus” kataku sambil bangkit berdiri dan mengambil sebuah gelas, aku membuka kran dispenser yang terletak di dekat jendela untuk mengisi air.
Ketika sedang meneguk air tiba-tiba aku mendengar
suara kresek-kresek di pintu. Kutajamkan pendengaranku dan melihat ada seperti
bayangan di celah bawah pintu, pasti seseorang mengintip kami pikirku. Aku
tadinya bermaksud memberitahu mereka, tapi sebaiknya kuselidiki sendiri karena
mereka sedang sibuk berpacu dengan nafsu sampai tidak begitu menghiraukanku.
Kusingkap sedikit tirai jendela untuk melihat siapa di luar sana, ada seseorang
pria sedang menempelkan telinganya pada pintu, dia juga berusaha mencari-cari
lubang untuk mengintip, tapi wajahnya tidak jelas. Dalam pikiranku terbesit
sebaiknya kuajak saja dia untuk meramaikan, mumpung aku daritadi belum dimasuki
penis karena Dimas sedang asyik menggumuli Indah. Maka sebelumnya aku melihat
dulu sekeliling apa ada orang lain lagi selain dia, letak kamar ini cukup
strategis agak ujung dan jauh dari keramaian, setelah yakin tidak ada siapapun
lagi selain pengintip ini kuberanikan diri membuka pintu mengejutkannya.
Pelan-pelan gagang pintu kuputar dan…hiya…orang itu terdorong masuk karena
sedang menyandarkan tubuhnya pada pintu, dengan cekatan pintu kembali kututup.
Orang itu benar-benar terkejut, bingung, dan terangsang melihat sekelilingnya
bugil dan ada yang bersenggama pula.
Dimas dan Indah yang sedang berasyik-masyuk kontan
ikut terkejut, Indah menyambar guling untuk menutupi tubuhnya dan menjerit
kecil. Belakangan aku tahu dia adalah kacung di kost ini, namanya Dadan,
usianya masih 17 tahun, anaknya tinggi kurus dan berkulit sawo matang. Tadinya
dia cuma mau mengambil barang di gudang yang kebetulan harus lewat kamar ini,
ketika itu lah dia mendengar suara-suara aneh dan terpancing untuk mendengar
dan mengintipnya. Dia langsung tertunduk-tunduk minta maaf berkali-kali karena
dimarahi Dimas yang merasa gusar diintip olehnya. Namun ketika Dimas merenggut
kerah baju pemuda itu dan hendak memukulnya buru-buru aku mencegah dan
menenangkan si Dimas yang bertemperamen tinggi.
“Ehhh…udah-udah, dia kan ga sengaja tadi, kita juga yang salah terlalu keras suaranya…udah lu sana aja terusin pestanya sama Indah, biar dia gua yang urus, lagian di sini kurang cowoknya” bujukku mengedipkan sebelah mata pada Dimas.
Kuelus-elus dada Dimas dan berusaha menenangkannya, setelah kubujuk-bujuk akhirnya dia mundur juga.
“Tenang Mas, lu orang terusin aja, biar gua urus yang ini”
“Ehhh…udah-udah, dia kan ga sengaja tadi, kita juga yang salah terlalu keras suaranya…udah lu sana aja terusin pestanya sama Indah, biar dia gua yang urus, lagian di sini kurang cowoknya” bujukku mengedipkan sebelah mata pada Dimas.
Kuelus-elus dada Dimas dan berusaha menenangkannya, setelah kubujuk-bujuk akhirnya dia mundur juga.
“Tenang Mas, lu orang terusin aja, biar gua urus yang ini”
Akupun tersenyum padanya mencoba mengajak bicara
sambil memegangi kedua lengannya, kurasakan tubuhnya masih agak gemetar dan
tertunduk, entah karena tegang, kaget, atau malu.
“Nama lu Dadan ya ?” tanyaku dengan lembut dan dijawab dengan anggukan kepalanya.
“Lu tadi udah ngeliat apa aja Dan ?” tanyaku lebih lanjut
“Belum liat apa-apa kok Non, sumpah…saya cuma denger suara-suara terus saya cari tau” jawabnya terbata-bata
“Terus kamu tau apa yang kita kerjain barusan itu ?” dijawab lagi dengan anggukan kepala
“Kamu pernah ngerasain ngentot sebelumnya ?”
“Nggak pernah Non, paling cuma liat di VCD sambil coli”
“Ya udah Dan, berhubung kamu udah disini gimana kalau mbak ajarin kamu soal gituan” aku tersenyum lagi dan mengangkat wajahnya yang tertunduk, walaupun gugup tapi matanya terus ke arah tubuhku yang polos, sebentar-sebentar juga melihat ke arah Indah.
“Nama lu Dadan ya ?” tanyaku dengan lembut dan dijawab dengan anggukan kepalanya.
“Lu tadi udah ngeliat apa aja Dan ?” tanyaku lebih lanjut
“Belum liat apa-apa kok Non, sumpah…saya cuma denger suara-suara terus saya cari tau” jawabnya terbata-bata
“Terus kamu tau apa yang kita kerjain barusan itu ?” dijawab lagi dengan anggukan kepala
“Kamu pernah ngerasain ngentot sebelumnya ?”
“Nggak pernah Non, paling cuma liat di VCD sambil coli”
“Ya udah Dan, berhubung kamu udah disini gimana kalau mbak ajarin kamu soal gituan” aku tersenyum lagi dan mengangkat wajahnya yang tertunduk, walaupun gugup tapi matanya terus ke arah tubuhku yang polos, sebentar-sebentar juga melihat ke arah Indah.
“Sini Mbak bukain bajunya, biar enakan, ayo…jangan
malu-malu disini semua bugil kok !” kulucuti pakaiannya tanpa menunggu
responnya, dia masih malu-malu menutupi penisnya dengan tangan.
Kutepis tangannya dan kugenggam penis yang masih setengah tegang itu, aku berlutut di depannya dan mulai menjilati benda itu, kemasukkan bagian kepalanya ke mulutku dan kuemut pelan. Aku melirik ke atas melihat reaksi wajahnya dengan mata merem-melek dan menelan ludah memperhatikan aku mengoralnya. Makin kukocok benda itu terasa makin keras dan besar, memang ga jumbo size sih, namanya juga ABG, tapi kerasnya lumayan.
“Hmmmhhh…Mbak…geli mbak !” erangnya gemetaran.
“Udah jangan cerewet, dikasih enak gratisan malah bawel, nanti juga ketagihan kok” jawabku.
Kutepis tangannya dan kugenggam penis yang masih setengah tegang itu, aku berlutut di depannya dan mulai menjilati benda itu, kemasukkan bagian kepalanya ke mulutku dan kuemut pelan. Aku melirik ke atas melihat reaksi wajahnya dengan mata merem-melek dan menelan ludah memperhatikan aku mengoralnya. Makin kukocok benda itu terasa makin keras dan besar, memang ga jumbo size sih, namanya juga ABG, tapi kerasnya lumayan.
“Hmmmhhh…Mbak…geli mbak !” erangnya gemetaran.
“Udah jangan cerewet, dikasih enak gratisan malah bawel, nanti juga ketagihan kok” jawabku.
Tiba-tiba terdengarlah suara musik heavy metal
mengalun di kamar ini, sambil terus menyepong kulirikkan bola mataku ke arah
suara. Ternyata si Dimas menyalakan MP3 di komputernya dan menyetel volume
suaranya untuk meredam suara kami. Kemudian mereka yang tadinya melongo
memperhatikanku mengerjai anak muda sudah mulai lagi dengan kesibukan mereka.
Kini Dimas menaikkan kedua tungkai Indah ke bahunya dan kembali melesakkan
penisnya ke vaginanya. Setelah beberapa kumainkan dalam mulutku, penis itu
mulai berkedut-kedut, pemiliknya juga mendesah makin tak karuan. Akupun semakin
dalam menelan benda itu hingga menyentuh daging lunak di tenggorokanku.
“Mbak…ohhh…enakk banget mbak…aahhh !” desahnya panjang bersamaan dengan spermanya yang ngecret di dalam mulutku
Pipiku sampai kempot mengisap dan menelan cairan itu dengan nikmat, tak setetes pun tertinggal. Kemudian akupun bangkit berdiri sambil tetap menggenggam penisnya yang masih ngaceng tapi agak berkurang tegangnya.
“Mbak…ohhh…enakk banget mbak…aahhh !” desahnya panjang bersamaan dengan spermanya yang ngecret di dalam mulutku
Pipiku sampai kempot mengisap dan menelan cairan itu dengan nikmat, tak setetes pun tertinggal. Kemudian akupun bangkit berdiri sambil tetap menggenggam penisnya yang masih ngaceng tapi agak berkurang tegangnya.
“Gimana Dan, pernah diginiin ga sama cewek
sebelumnya, rasanya gimana ?” tanyaku dengan senyum nakal.
“Baru pertama kali mbak…he-eh emang enak banget” katanya masih dengan nafas terengah-engah.
“Ini baru pemanasan Dan, masih banyak yang lebih enak kok, yuk sini deh !” kataku seraya menaikkan pantat ke meja belajar dan mekangkangkan kedua belah paha mulusku.
Kubimbing penisnya ke arah vaginaku yang terkuak lebar, setelah tepat sasaran kusuruh dia menggerakkan pinggulnya ke depan. Blesss….terbenamlah penis itu ke dalamku diiringi desahan nikmat kami. Tanpa kuajari lagi dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya maju-mundur, sodokannya walaupun terasa makin mantap tapi rasanya masih ada yang kurang yaitu dia tidak memberi rangsangan pada bagian sensitifku lainnya, maklumlah namanya juga perjaka, masih amatiran. Aku harus terus berinisiatif mengajarinya, maka kutarik kepalanya mendekati payudaraku yang membusung, kusuruh dia mengeyotnya sepuas hati. Barulah dia mulai berani menjilati dan mengulum payudaraku, bahkan tangan satunya kini aktif menggerayangi payudaraku yang lain.
“Baru pertama kali mbak…he-eh emang enak banget” katanya masih dengan nafas terengah-engah.
“Ini baru pemanasan Dan, masih banyak yang lebih enak kok, yuk sini deh !” kataku seraya menaikkan pantat ke meja belajar dan mekangkangkan kedua belah paha mulusku.
Kubimbing penisnya ke arah vaginaku yang terkuak lebar, setelah tepat sasaran kusuruh dia menggerakkan pinggulnya ke depan. Blesss….terbenamlah penis itu ke dalamku diiringi desahan nikmat kami. Tanpa kuajari lagi dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya maju-mundur, sodokannya walaupun terasa makin mantap tapi rasanya masih ada yang kurang yaitu dia tidak memberi rangsangan pada bagian sensitifku lainnya, maklumlah namanya juga perjaka, masih amatiran. Aku harus terus berinisiatif mengajarinya, maka kutarik kepalanya mendekati payudaraku yang membusung, kusuruh dia mengeyotnya sepuas hati. Barulah dia mulai berani menjilati dan mengulum payudaraku, bahkan tangan satunya kini aktif menggerayangi payudaraku yang lain.
Entah karena terlalu nafsu atau kelepasan dia gigit
putingku yang kanan dengan cukup keras, sampai aku menjerit.
“Aakkhh…Dan sakit, jangan keras-keras dong !”
Di seberang sana Indah sudah dibuat orgasme entah yang keberapa kalinya. Tak sampai lima menit berikutnya Dimas pun mendesah panjang mencapai klimaksnya, dia mencabut penisnya dari vagina Indah dan menumpahkan isinya diatas perut rata Indah. Merekapun roboh bersebelahan, Indah mengusap-ngusapkan sperma itu ke tubuhnya dan menjilati sisi-sisanya di jari. Dadan masih terus menyodokku dari depan, gairahku makin memuncak saja, vaginaku terasa makin panas akibat gesekan dengan penisnya, suara erangan kami terlarut bersama dengan dentuman musik rock dari komputer. Bosan dengan posisi ini, dia memintaku ganti gaya. Sekarang kami melakukannya dengan gaya berdiri, aku berpegangan pada tepi meja sambil disodok dari belakang, dengan posisi demikian tangannya lebih bebas menggerayangi payudaraku yang bergantung, putingku dipencet dan dipilin-pilin terkadang agak kasar sampai benda itu mencuat tegang.
“Aakkhh…Dan sakit, jangan keras-keras dong !”
Di seberang sana Indah sudah dibuat orgasme entah yang keberapa kalinya. Tak sampai lima menit berikutnya Dimas pun mendesah panjang mencapai klimaksnya, dia mencabut penisnya dari vagina Indah dan menumpahkan isinya diatas perut rata Indah. Merekapun roboh bersebelahan, Indah mengusap-ngusapkan sperma itu ke tubuhnya dan menjilati sisi-sisanya di jari. Dadan masih terus menyodokku dari depan, gairahku makin memuncak saja, vaginaku terasa makin panas akibat gesekan dengan penisnya, suara erangan kami terlarut bersama dengan dentuman musik rock dari komputer. Bosan dengan posisi ini, dia memintaku ganti gaya. Sekarang kami melakukannya dengan gaya berdiri, aku berpegangan pada tepi meja sambil disodok dari belakang, dengan posisi demikian tangannya lebih bebas menggerayangi payudaraku yang bergantung, putingku dipencet dan dipilin-pilin terkadang agak kasar sampai benda itu mencuat tegang.
“Dan…tambah cepet dong…mbak udah mau nih…!!” aku
mengerang lirih saat kurasakan klimaks sudah diambang.
“Ooohhh…ahhh…saya juga….kok rasanya tambah…enak mbak” sahutnya dengan menambah goyangannya
“Keluarin di…dalam….jangan cabut kontol lu…ahh” kataku dengan suara bergetar
Kamipun mencapai orgasme bersama, tubuhku menggelinjang hebat, aku berteriak seolah mengiringi lagu di komputer, kepalaku terangkat dan mataku merem-melek. Si Dadan juga mendesah nikmat merasakan orgasme pertamanya bersama seorang wanita. Spermanya menyembur banyak sekali di dalam rahimku, cairan hangat dan kental itu juga membasahi daerah selangkanganku serta sebagian meleleh turun ke pahaku. Tubuhku lemas bersimbah peluh dan jatuh terduduk di kursi terdekat. Kubentangkan pahaku lebar-lebar agar bagian itu mendapat angin segar, soalnya rasanya panas banget setelah begitu lama bergesekan. Liang kenikmatanku nampak menganga dan sisa-sisa cairan persengamaan masih menetes sehingga membasahi kursi di bawahnya.
“Ooohhh…ahhh…saya juga….kok rasanya tambah…enak mbak” sahutnya dengan menambah goyangannya
“Keluarin di…dalam….jangan cabut kontol lu…ahh” kataku dengan suara bergetar
Kamipun mencapai orgasme bersama, tubuhku menggelinjang hebat, aku berteriak seolah mengiringi lagu di komputer, kepalaku terangkat dan mataku merem-melek. Si Dadan juga mendesah nikmat merasakan orgasme pertamanya bersama seorang wanita. Spermanya menyembur banyak sekali di dalam rahimku, cairan hangat dan kental itu juga membasahi daerah selangkanganku serta sebagian meleleh turun ke pahaku. Tubuhku lemas bersimbah peluh dan jatuh terduduk di kursi terdekat. Kubentangkan pahaku lebar-lebar agar bagian itu mendapat angin segar, soalnya rasanya panas banget setelah begitu lama bergesekan. Liang kenikmatanku nampak menganga dan sisa-sisa cairan persengamaan masih menetes sehingga membasahi kursi di bawahnya.
“Saya mau lagi dong Mbak, abis memek Mbak legit
banget sih, lagi yah Mbak !” pintanya sambil menggenggam penisnya yang masih
tegang itu di dekat wajahku.
“Iyah, tapi nanti yah, Mbak istirahat sebentar” jawabku sambil mengelap keringat di wajahku dengan tisu.
Kulihat Dimas bangkit dan mendekatiku, senjatanya sudah dalam posisi siap tempur lagi setelah cukup istirahat. Dia belai rambutku dan meraih tanganku untuk digenggamkan pada penisnya.
“Yuk, Cit…sambil kumpulin tenaga, kasih senjata gua amunisi dulu dong !” pintanya
Akupun memijati benda itu diselingi jilatan. Melihat si Dadan yang bengong aku pun menarik tangannya menyuruh berdiri di sisi kananku. Maka dihadapanku sekarang mengacunglah dua batang senjata yang saling berhadapan dan masing-masing kugenggam dengan kedua tanganku. Kugerakkan tangaku mengocok keduanya, mulutku juga turut melayani silih berganti.
“Iyah, tapi nanti yah, Mbak istirahat sebentar” jawabku sambil mengelap keringat di wajahku dengan tisu.
Kulihat Dimas bangkit dan mendekatiku, senjatanya sudah dalam posisi siap tempur lagi setelah cukup istirahat. Dia belai rambutku dan meraih tanganku untuk digenggamkan pada penisnya.
“Yuk, Cit…sambil kumpulin tenaga, kasih senjata gua amunisi dulu dong !” pintanya
Akupun memijati benda itu diselingi jilatan. Melihat si Dadan yang bengong aku pun menarik tangannya menyuruh berdiri di sisi kananku. Maka dihadapanku sekarang mengacunglah dua batang senjata yang saling berhadapan dan masing-masing kugenggam dengan kedua tanganku. Kugerakkan tangaku mengocok keduanya, mulutku juga turut melayani silih berganti.
Merasa cukup dengan pemanasan, Dimas menyuruhku
berhenti, dan menyuruhku bangun dulu, lalu dia duduki kursi itu baru menyuruhku
duduk lagi di pangkuannya (sepertinya mau gaya berpangkuan deh). Dengan agak
kasar dia menyuruh Dadan menyingkir
“Heh, sana lo….kali ini giliran gua tau, jangan ganggu lagi !”
“Eee…udah jangan galak ah, gitu-gitu juga dia kan yang bantu-bantu lu orang di sini” sahutku mengelus lengan Dimas.
“Dan lu minta mbak yang itu aja buat ngajarin lu” lanjutku “Dah mau yang ajarin dia bentar kan, masih pemula nih”
“Heh, sana lo….kali ini giliran gua tau, jangan ganggu lagi !”
“Eee…udah jangan galak ah, gitu-gitu juga dia kan yang bantu-bantu lu orang di sini” sahutku mengelus lengan Dimas.
“Dan lu minta mbak yang itu aja buat ngajarin lu” lanjutku “Dah mau yang ajarin dia bentar kan, masih pemula nih”
Sekarang Dadan tidak segrogi saat pertama main denganku
barusan, dia menindih tubuh Indah yang masih terbaring. Indah mengajarinya
teknik berciuman, nampaknya Dadan cepat dalam mempelajari teknik-teknik
bercinta yang kami ajarkan, sebentar saja dia sudah nampak beradu lidah dengan
panasnya bersama Indah, tangannya juga kini lebih aktif menjelajahi lekuk-lekuk
tubuh Indah memberi rangsangan. Indah yang gairahnya sudah bangkit lagi
merespon dengan tak kalah hebat. Dia berguling ke samping sehingga dia kini di
atas Dadan, lidahnya tetap bermain-main dengan lidah lawannya sementara tangan
lembutnya meraih penis pemuda tanggung itu serta mengocoknya, Dadan
mendesah-desah tak karuan menghadapi keliaran Indah. Indah membimbing penis itu
memasuki vaginanya, dengan posisi berlutut dia turunkan tubuhnya hingga penis
itu melesak masuk ke dalamnya. Kemudian mulailah dia menaik-turunkan tubuhnya
dengan gencar membuat pemuda tanggung itu kelabakan. Kedua tangan Dadan
mencengkram kedua payudara Indah dan meremasinya dengan bernafsu.
Di tempat lain aku sedang asyik menggoyangkan
tubuhku di pangkuan Dimas. Vaginaku dihujam penisnya yang sekeras batu itu.
Otot-otot kemaluanku serasa berkontraksi makin cepat memijati miliknya.
Tangannya yang mendekapku dari belakang terus saja menggerayangi payudaraku
dengan variasi remasan lembut dan kasar. Kutengokkan wajahku agar bisa
berciuman dengannya, lidah kami saling membelit dan beradu dengan panasnya.
Beberapa menit kemudian mulutnya merambat ke telingaku, dengusan nafasnya dan
jilatannya membuatku merinding dan makin terbakar birahi. Mulutnya terus
mengembara ke tenguk, leher, dan pundakku meninggalkan bekas liur maupun bercak
merah. Tanpa terasa goyangan tubuh kami semakin dahsyat sampai kursinya ikut
bergoyang, kalau saja bahannya jelek mungkin sudah patah tuh kursi. Posisi ini
berlangsung 20 menit lamanya karena kami begitu terhanyut menikmatinya. Selama
itu terdengar dua SMS yang masuk ke ponselku namun tak kuhiraukan agar tak
merusak suasana.
Akhirnya akupun tak bisa menahan orgasmeku, tubuhku
kembali menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa berkunang-kunang. Mengetahui
aku akan segera keluar, dia makin bergairah, tubuhku ditekan-tekan sehingga
penisnya menusuk lebih dalam, tangannya pun semakin kasar meremasi payudaraku.
“Aaaahhkkkk….!” jeritku bersamaan dengan lagu mp3 yang hampir berakhir
Kugenggam erat lengan Dimas dan menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang mengalir hangat pada selangkanganku. Akupun akhirnya bersandar lemas dalam dekapannya, penisnya tetap menancap di vaginaku, nafas kami tersenggal-senggal dan keringatpun bercucuran dengan derasnya. Kemudian dia angkat tubuhku hingga penisnya tercabut, tangan satunya menyelinap ke lipatan pahaku. Diangkatnya tubuhku dengan kedua lengan, aku menjerit kecil saat dia tiba-tiba menaikkanku ke lengannya karena kaget dan takut jatuh. Dibawanya aku ke ranjang lalu diturunkan di sana, nafasku belum teratur sehingga nampak sekali dadaku turun naik seperti gunung mau meletus. Tepat disebelah kami Dadan sedang menindih tubuh telanjang Indah dengan gerak naik-turun yang cepat. Indah hanya bisa menggelinjang dan mendesah, rambut panjangnya sudah kusut tak karuan, matanya menatap kosong pada kami.
“Aaaahhkkkk….!” jeritku bersamaan dengan lagu mp3 yang hampir berakhir
Kugenggam erat lengan Dimas dan menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang mengalir hangat pada selangkanganku. Akupun akhirnya bersandar lemas dalam dekapannya, penisnya tetap menancap di vaginaku, nafas kami tersenggal-senggal dan keringatpun bercucuran dengan derasnya. Kemudian dia angkat tubuhku hingga penisnya tercabut, tangan satunya menyelinap ke lipatan pahaku. Diangkatnya tubuhku dengan kedua lengan, aku menjerit kecil saat dia tiba-tiba menaikkanku ke lengannya karena kaget dan takut jatuh. Dibawanya aku ke ranjang lalu diturunkan di sana, nafasku belum teratur sehingga nampak sekali dadaku turun naik seperti gunung mau meletus. Tepat disebelah kami Dadan sedang menindih tubuh telanjang Indah dengan gerak naik-turun yang cepat. Indah hanya bisa menggelinjang dan mendesah, rambut panjangnya sudah kusut tak karuan, matanya menatap kosong pada kami.
“Lagi yah Ci, dikit lagi tanggung gua belum keluar
nih” pinta Dimas sambil merenggangkan kedua pahaku.
Aku hanya pasrah saja mengikuti apa maunya. Dengan lancar penisnya yang sudah basah dan licin itu meluncur ke dalam vaginaku, aku mendesis dan meremas sprei saat dia hentakkan pinggulnya hingga seluruh penisnya masuk. Lagu dari komputer entah sudah berganti berapa kali, kali ini yang mengalun adalah lagunya Aerosmith yang dipakai soundtrack film ‘Armageddon’nya Bruce Willis. Lagu ini mengiringi permainan kami dalam babak ini. Perkasa juga si Dimas ini, dia masih sanggup menggenjotku dengan frekuensi tinggi sampai tubuhku terguncang hebat, padahal sebelumnya dia sudah membuatku dan Indah orgasme, kekuatannya jauh lebih meningkat dibanding ketika pertama kali one night stand denganku setahun lalu. Aku menggenggam tangan Indah dan bertatapan wajah dengannya
“Udah berapa kali Ndah ?” tanyaku bergetar
“Nggak tau…udah aahh…keenakan…ga hitung…lagi” jawabnya dengan mata merem melek.
Aku hanya pasrah saja mengikuti apa maunya. Dengan lancar penisnya yang sudah basah dan licin itu meluncur ke dalam vaginaku, aku mendesis dan meremas sprei saat dia hentakkan pinggulnya hingga seluruh penisnya masuk. Lagu dari komputer entah sudah berganti berapa kali, kali ini yang mengalun adalah lagunya Aerosmith yang dipakai soundtrack film ‘Armageddon’nya Bruce Willis. Lagu ini mengiringi permainan kami dalam babak ini. Perkasa juga si Dimas ini, dia masih sanggup menggenjotku dengan frekuensi tinggi sampai tubuhku terguncang hebat, padahal sebelumnya dia sudah membuatku dan Indah orgasme, kekuatannya jauh lebih meningkat dibanding ketika pertama kali one night stand denganku setahun lalu. Aku menggenggam tangan Indah dan bertatapan wajah dengannya
“Udah berapa kali Ndah ?” tanyaku bergetar
“Nggak tau…udah aahh…keenakan…ga hitung…lagi” jawabnya dengan mata merem melek.
Aku makin tak terkontrol, kepalaku kugelengkan ke
kiri-kanan, sesekali aku menggigit jari saking nikmatnya kocokan Dimas. Dia
mempermainkan birahiku dengan sengaja tidak menyentuh payudaraku membiarkannya
bergoyang-goyang seirama badanku, sehingga aku sendiri yang berinisiatif meraih
tangannya dan meletakkannya di payudaraku, barulah dia mulai memencet-mencet
putingku membuatku semakin terbakar. Akhirnya akupun sudah tidak kuat lagi,
perasaan itu kuekspresikan dengan sebuah erangan panjang dan menarik sprei di
bawahku hingga berantakan.
“Udah dulu dong, Mas…gua gimana bisa kuliah ntar !” pintaku dengan terengah-engah
Tubuhku basah seperti mandi saja, habis AC kamarnya lagi rusak sih, sementara ini cuma ada kipas angin berukuran sedang, sedangkan iklim di Jakarta tau sendiri kan seperti apa gerahnya. Paham dengan kondisiku, dia biarkan aku beristirahat, dikecupnya bibirku dengan lembut disertai sedikit kata-kata manis dan pujian, setelah itu dia beralih ke Indah untuk menuntaskan hajatnya yang tinggal sedikit lagi. Kuseka dahiku yang bercucuran keringat lalu kulirikkan arlojiku, 20 menit lagi jam tiga, harus segera siap-siap kembali ke kampus.
“Udah dulu dong, Mas…gua gimana bisa kuliah ntar !” pintaku dengan terengah-engah
Tubuhku basah seperti mandi saja, habis AC kamarnya lagi rusak sih, sementara ini cuma ada kipas angin berukuran sedang, sedangkan iklim di Jakarta tau sendiri kan seperti apa gerahnya. Paham dengan kondisiku, dia biarkan aku beristirahat, dikecupnya bibirku dengan lembut disertai sedikit kata-kata manis dan pujian, setelah itu dia beralih ke Indah untuk menuntaskan hajatnya yang tinggal sedikit lagi. Kuseka dahiku yang bercucuran keringat lalu kulirikkan arlojiku, 20 menit lagi jam tiga, harus segera siap-siap kembali ke kampus.
Indah yang sedang dalam posisi dogie digarap dari
dua arah oleh mereka. Dadan yang menyodoknya dari belakang akhirnya klimaks,
dia mengeluarkan penisnya dan menyiramkan isinya di punggung dan pantat Indah.
Si Dimas yang sedang menyetubuhi mulut Indah juga tak lama kemudian menyusul,
dia mengerang sambil menahan kepala Indah pada penisnya. Indah sendiri hanya
bisa mengerang tertahan dan matanya merem melek menerima semprotan sperma
Dimas, nampak cairan putih itu meleleh sedikit di pinggir bibir mungilnya.
Dimas ambruk di sisiku dengan memeluk Indah yang menyandarkan kepalanya ke dada
bidangnya, si Dadan terduduk lemas di bawah ranjang (karena ranjang sudah penuh
sesak). Setelah tubuhku cukup stabil, pelan-pelan aku bangkit menuju kamar mandi
dengan langkah gontai. Disana aku mencuci muka, dan membersihkan ceceran sperma
di tubuhku dengan air. Indah masuk ketika aku sedang duduk di toilet buang air
kecil.
“Huh…ngagetin aja lu Dah, rambut acak-acakan kaya kuntilanak gitu lagi !” ujarku
“Kuntilanak bajunya putih oi, ga bugil gini” jawabnya asal, lalu menyalakan kran wastafel.
“Huh…ngagetin aja lu Dah, rambut acak-acakan kaya kuntilanak gitu lagi !” ujarku
“Kuntilanak bajunya putih oi, ga bugil gini” jawabnya asal, lalu menyalakan kran wastafel.
Setelah selesai berbenah diri, kami mengenakan
kembali pakaian kami untuk kembali kuliah. Saat itu jam sudah menunjukkan
hampir pukul tiga, maka itu kami agak terburu-buru sampai aku melupakan
ponselku sehingga pulang kuliah aku harus balik lagi ke sini untuk
mengambilnya. Kami berlari-lari kecil ke kampus, mana ruang kuliahku di lantai
tiga lagi, aku sampai ke kelas terlambat lima menit, untung belum melebihi
toleransi keterlambatan. Di kelas pun aku tidak bisa fokus karena selain masih
lelah, dosennya, Pak Iwan ngomongnya juga slow motion, bikin ngantuk saja
sehingga beberapa kali aku menguap. Temanku di sebelah bahkan bertanya
“Baru bangun tidur lu Ci ? kok kusut gitu” karena make up ku memang agak luntur waktu cuci muka tadi
“Iyah nih masih ngantuk tadi di kost temen belum cukup tidurnya” jawabku tersenyum dipaksa
Lelah sekali hari itu sehingga begitu sampai di rumah aku langsung tiduran dan bangun jam tujuh malam, baru mandi untuk bersiap-siap menunggu jemputan Verna dan lainnya untuk nge-dugem malam itu.
“Baru bangun tidur lu Ci ? kok kusut gitu” karena make up ku memang agak luntur waktu cuci muka tadi
“Iyah nih masih ngantuk tadi di kost temen belum cukup tidurnya” jawabku tersenyum dipaksa
Lelah sekali hari itu sehingga begitu sampai di rumah aku langsung tiduran dan bangun jam tujuh malam, baru mandi untuk bersiap-siap menunggu jemputan Verna dan lainnya untuk nge-dugem malam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.