Pertama-tama perkenankan aku memperkenalkan diri, namaku Dian, 24 tahun. Aku kini hampir setahun bekerja di sebuah biro iklan tak lama setelah lulus kuliah. Dilihat secara fisik aku terbilang cantik, setidaknya begitulah yang dikatakan orang-orang. Tubuhku 169 cm dengan kulit putih mulus dan membentuk lekukan indah. Rambutku hitam panjang sedada dan mata yang bulat. Oke kukira cukup perkenalan diriku, kalau kebanyakan ntar dibilang narsis lagi hehehe. Kisah ini terjadi ketika seorang sahabatku, Sandra, akan berangkat keluar kota menyusul suaminya ke kota G tempo hari, ia telah memintaku sekali-kali untuk menengok keadaan rumahnya selama ia tidak di rumah. Rumah mereka hanya ditinggali seorang anak asuh mereka, Alfi yang usianya baru akan beranjak 17 tahun. Ia bertubuh kurus dan berkulit hitam, mereka baru sekitar satu tahunan mengadopsinya. Tak banyak yang kutahu mengenai anak itu. Setahun belakangan semenjak Sandra menikah aku jarang mampir ke rumah mereka hanya sempat kadang telepon-teleponan dengannya. Sandra juga mempergunakan jasa pembantu bik Nah, orangnya sudah tua namun hari ini ia minta izin untuk pulang mudik selama satu minggu. Kebetulan hari sudah agak malam saat aku mampir, Alfi yang membukakan aku pintu, kulihat ia senang sekali melihatku datang.
“Fii, Bik Nah udah berangkat ya?” tanyaku
“Iya kak, tadi pagi-pagi sekali…Kak, Kakak nginap di
sini,kan?”
“Ngga Fii, kakak hanya sebentar. Habis nengok Kak
Sandra kakak langsung pulang”
“Nginep aja kak, temani Alfi. Soalnya Alfi takut
tinggal sendirian di rumah”
Aku menimbang permintaan Alfi, mungkin ada baiknya
aku nginap di sini. Walau bagaimanapun Alfi masih anak-anak berbahaya baginya
tinggal sendirian saat ini.
“Baik, kakak nginap malam ini”
“nah gitu, sekarang Alfi buatin kakak minum dulu ya”
Alfi menghilang ke dapur, tak lama ia kembali dengan
segelas air jeruk hangat. Tak menunggu lama kuhabiskan sebab aku memang haus
dan penat.
“kakak tidur di kamar kak Sandra saja ya. Air hangat
juga ada di kamar mandi”
Aku tersenyum geli mendengar ucapan anak itu,
tentunya Sandra mendidik ia agar bisa mandiri dan bertanggung jawab.
“makasih Fii, kakak mau mandi dan mungkin langsung
tidur. Kamu sudah periksa semua kunci pintu keluar kan?”
“Sudah semua Kak”
Semua lampu pada semua ruangan segera dimatikan
Alfi. Aku segera membuang kepenatanku dengan mandi air hangat di bawah siraman
shower. Selesai mandi rasa haus masih mengangguku hingga aku bergegas ke dapur
untuk mengambil minum. Tanpa menghidupkan lampu aku mampu melihat arah menuju
ke dapur. Saat melewati kamar di lantai bawah, aku tercekat…kudengar suara
nafas yang agak memburu dan desah tertahan…dan semakin jelas ketika aku
mendekat, kulihat pintu kamar tidak tertutup rapat dan ada sedikit celah yang
memungkinkan aku bisa melihat isi kamar dari pantulan cermin yang terletak
berserangan dengan letak pintu, dan kini aku yang terhenyak. Dari pantulan cermin
kulihat Alfi, telentang di atas ranjang telanjang dan tangannya sedang
menggenggam kemaluannya, bergerak teratur naik turun, tentu saja aku tahu kalau
anak itu sedang bermasturbasi. Aku pernah membaca suatu artikel bahwah
Remaja seusia Alfi sedang memasuki masa puber. Mereka mulai tertarik dan
menyukai lawan jenisnya. Remaja seusia itu sedang berkembang organ
reproduktif. Angan-angan dan fantasi seks membawa mereka untuk melakukan
masturbasi. Namun yang membuatku terpana adalah ukuran kemaluan anak itu…,
sangat besar dan panjang…bahkan terlalu besar untuk ukuran anak seusianya. Aku
pernah melihat kemaluan pria dewasa pada sebuah situs X di internet,
kubandingkan dengan milik Alfi ternyata ukurannya nyaris sama besarnya! Sekilas
terlihat kalau genggaman tangan anak itu sama sekali tak menutupi kepala
kemaluannya yang tampak merah dan belum disunat. Alfi masih mendesah perlahan
dan tiba tiba ia mempercepat gerakan tangannya lalau tubuhnya mengejang dan
dari lubang pipis kepala kemaluannya keluar dengan semprotan yang cukup keras
melambung keudara dan cairan itu mendarat didadanya, beberapa kali kepala
kemaluan itu Nampak menyemprotkan cairan dan akhirnya dengan lesu tangan pemuda
berusia 16 tahun itu mengendur dan menggapai tissue di meja sisi ranjang. Suatu
perasaan ‘menggelitik’ mulai menerpaku turun ke ke bawah ke antara kedua
kakiku…aku tahu kalau kemaluanku mulai melembab menyaksikan pemandangan itu.
Aku baru menyadari kalau celana dalamku ternyata sangat basah. Aku yang sempat
terpana segera sadar dan cepat cepat menuju ke kamarku, kalau saja sampai
terlihat, aku… menonton ia bermasturbasi wah
Malam itu aku tertidur cepat, rasanya kepalaku
begitu berat dan ngantuk. Tidak biasanya aku seperti ini, terkadang aku masih
betah berjam-jam di depan TV saat pulang kerja.
Begitu ngantuknya aku hingga lupa mengunci pintu
kamarku. Kasur Sandra yang empuk mempercepat perjalananku ke alam mimpi. Lama
setelah terlelap sampai aku dihinggapi sebuah mimpi. Aku merasakan sesuatu
terjadi pada diriku, diawali muncul rasa geli yang aneh pada selangkanganku.
semakin lama yang kurasakan geli itu berangsur menjadi rasa nikmat yang dasyat
yang belum pernah kurasakan selama ini. Kini rasa nikmat itu semakin tak
tertahankan menjalar ke sekujur tubuhku. Sampai akhirnya aku terjaga mulanya
bingung rasa nikmat tadi masih terasa bahkan lebih menyengat, sesaat aku sadar.
tapi belum sempat aku bereaksi, aku menjerit kaget, ketika tahu-tahu, Aku
mendapati Alfi berada di antara sela-sela kedua paha putih mulusku. Wajahnya
terbenam berada tepat di hadapan selangkanganku. Tanpa harus melepas terlebih
dahulu cukup dengan jarinya Alfi menyingkap kesamping celana dalam yang
tipisku. ia begitu asyik melumat kewanitaanku. lidahnya menjilati setiap
jengkal daging kemaluanku yang mulai basah bagai seekor induk kucing memandikan
anaknya
“Fiiiii..apa yang sudah kamu lakukan pada kak
Dian…ouhhhh?”
Anak itu tak menghiraukan pertanyaanku ia tetap
asyik dengan kelakuan cabulnya.
Percuma saja aku berusaha untuk merapatkan pahaku,
percuma aku mencoba mendorong kepalanya dan terlambat, bibir mulutnya telah
menguasai bibir daging kemaluanku secara total, yang kurasakan kini sensasi
gatal nikmat yang menggila
Ouuggggggh!!!
Ada yang tak kumengerti aku Aku tak kuasa menolak
keinginan Alfi dan membiarkan diriku ia jamahi. Mataku terpejam tak sanggup
menahan malu, selama ini belum pernah ada laki laki yang berani menjamahku
karena aku sangat galak menjaganya, tapi kali ini aku tak berdaya menolak
seorang bocah dibawah umur berusaha mencabuliku. Tubuhku mengelinjang gelinjang
menahan birahi karena cumbuan Alfi kini berpindah ke dadaku, secara bergantian
Alfi menghisap hisap kedua puting susuku yang kenyal itu bagaikan bayi yang
kehausan.
“oohh… oohhhh… ooohhhhhh”suara rintihanku tak dapat
lagi kutahan. anak ini benar benar pintar merangsangku.
Kemaluanku mulai terasa basah dibuatnya. Perlahan
kurasakan Alfi celana dalamku diplorotkannya kebawah, tak lama menyusul lepas
sehingga tubuhku yang indah sudah tak tertutup selembar benangpun. Aku mengeluh
pasrah ketika Alfi mendorongku hingga rebah terlentang diatas kasur. Aku
berusaha merapatkan kedua kakiku agar kepala Alfi menjauh dari celah intimku.
Namun semuanya percuma. Alfi berhasil membenamkan wajahnya pada selangkanganku,
lidahnya menemukan apa yang ia cari dan inginkan
dengan penuh ketelatenan dia melahap dan menghisap
hisap vaginaku yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding
vagina dan klitorisku. Rasa geli dan sengatan birahi membuatku semakin tak
mampu menahan laju gairah Alfi. Aku terpekik pekik kecil dibuatnya, anak ini
benar benar sudah sangat berpengalaman. Perlakuannya sungguh membuat diriku
serasa terbang, tubuhku menggelinjang-gelinjang geli diiringi erangan nikmat.
Sampai akhirnya kurasakan otot vaginaku mengejang dahsyat,
“ouuughhhh!!!!…Fiiiiiiiiii” pekikku tak kuasa
menahan rasa geli dan nikmat yang ditimbulkan jilatan-jilatan lidahnya.
Inikah yang disebut orgasme? Begitu dasyat
kenikmatan yang kurasakan. Dan aku memperoleh orgasme pertamaku dari seorang
anak kecil di bawah umur yang sedang mencabuliku. Saat itu kurasakan seluruh
tubuhku menggeletar, pandanganku nanar, serasa jiwaku melayang tinggi, ragaku
serasa terendam ke dalam samudera kenikmatan ragawi yang tak bertepi.
Kesadaranku seperti hilang, yang kulihat hanya warna putih yang berpendar di
mataku lalu menjadi kabur. Entah berapa lama aku tak sadar. Lalu perlahan-lahan
bisa kurasakan kesadaranku telah hampir sepenuhnya pulih. Kurasakan lidah itu
masih saja bekerja menjilati dan menjalari seluruh relung vaginaku. Tanpa sadar
pula aku malah membuka keduabelah kakiku seolah-olah berharap Alfi menjilat dan
menghisap isi vaginaku yang membanjir.
“Sluurrpp… sluurpp.. sshhrrpp..” bunyi yang timbul
ketika Alfi menghisap habis tiap tetes cairan cintaku tanpa sisa.
Sesaat setelah itu seperti terlambat kusadari bahwa
Alfi telah mengambil posisi menindihku, pinggulnya tepat di atas pinggulku yang
terbuka, dan tubuhnya di antara kedua kakiku yang masih terpentang lebar.
“Alfi… kamu mau apaaa?..”
“Kak Dian, Alfi ngentot kakak sekarang..”bisik Alfi
ke telingaku..Aku terbelalak, dan juga memandangnya dengan tidak suka. Tahulah
aku, anak ini hendak menyetubuhiku, sekaligus merenggut kegadisanku
Kehormatanku sebagai wanita yang sesungguhnya hanya
lagi tersisa …Keperawananku.
Dan Aku semakin yakin Alfi sangat menginginkan ini.
Aku masih ingin memberikan keperawananku ini pada calon suamiku kelak. Aku
merasa amat teledor senja tadi, harusnya aku berusaha sebisa mungkin untuk
tidak terlarut oleh rangsangannya, Namun kini semua sudah terlanjur terjadi.
Aku semakin tak punya pertimbangan lagi. dan amat rapuh sebagai seorang wanita.
Mengingat kebodohanku dan mudahnya aku rapuh saat ini membuatku meneteskan air
mata. Aku makin terdesak saat kurasakan daging kelaki-lakiannya telah menempel
pada kewanitaanku. Sedangkan saat itu tubuhku masih terasa lunglai dan lemas,
dan benar-benar tak mampu menghindar lagi. bahkan kedua kakiku yang telanjang
begitu lemas ketika ia membukanya lebar-lebar dan menekuk lututku, sehingga
bisa kurasakan saat itu kalau kelopakku kewanitaanku langsung bergesekan dengan
penisnya tanpa penghalang sedikitpun. Aku hanya mampu menunggu dengan perasaan
was-was dan perasaan berdosa yang perlahan menyeruak di antara kesadaranku. Aku
sempat menahan nafas .Aku tahu aku akan kesakitan sebab ini adalah yang pertama
bagiku.Dari cerita2 temanku disaat saat melakukan coitus pertama kalinya akan
merasakan kesakitan. Apalagi, kulihat kemaluan Alfi demikian panjang dan besar.
Lalu kurasakan dengan perlahan Alfi mulai mendorong pinggulnya ke arahku
berusaha memasuki pintu kemaluan sehingga bisa kurasakan kelopakku tertekan ke
dalam..
Namun plett …kepala kemaluannya terpeleset jauh, aku
lega tusukan pertamanya luput, kucoba mengeser pinggulku ketika ia mulai
mendorong lagi. Dan Alfi mencoba lagi, plett..yang kedua kali… juga meleset.
“Uhhh…punya kakak sempit sekalii!!!” Ujar Alfi
penasaran bercampur napsu berahi yang makin memuncak.
Aduhhh ibuu… aku seperti terselamatkan ketika ia tak
kunjung bisa menembusku. Aku masih berdebar debar dan menahan nafas, dibukanya kedua
kakiku makin lebar, bahkan kali ini jemarinya membuka kedua bibir vaginaku dan
membantu mengarahkan penisnya tepat pada kewanitaanku. Alfi mendorong
pinggulnya lagi ke arahku sehingga bisa kurasakan ujung penisnya mulai
menyelusup seakan membelah kelopak kewanitaanku.
Aku merasa takut… takut sekali. Dan nampaknya kali
ini ia akan berhasil memasukiku dan menodaiku!! Akhirnya aku hanya bisa pasrah
sambil memejamkan mata menunggu detik-detik ketika penisnya menerobos vaginaku
“Auuw ..Akhh… auuww..! ” Aku memekik kesakitan
sambil meronta ketika batang penis Alfi mulai memasuki lubang kewanitaanku.
Keringatku bercucuran membasahi tubuhku yang
telanjang bulat, keperawananku yang selama ini kujaga mulai ditembus oleh Alfi
tanpa sanggup kucegah lagi. Aku meronta ronta kesakitan… Alfi yang sudah
berpengalaman tak ingin tusukanya luput karena rontaanku segera ia memeluk
pinggangku, lalu dengan cepat, ditekan pantatnya kembali kedepan sehingga
separuh batang kelakiannya pun amblas masuk ke dalam vaginaku.
“Aakkhhh… !” Aku memekik kesakitan bersamaan dengan
jebolnya keperawananku. Hancur sudah kehormatanku di tangan anak kecil itu.
Sesaat aku masih meronta ronta pelan, namun karena pegangan kedua tangan Alfi
di pantatku sangat kuat hingga rontaanku tiada arti. Batang penis terus
menerobos masuk mengkoyak koyak sisa sisa Perawanku. Tangisanku mulai terdengar
lirih diantara desah napas Alfi yang penuh birahi.Tubuhku yang putih mulus kini
tak berdaya dibawah himpitan tubun Alfi yang kecil .Sesaat Alfi mendiamkan
seluruh batang penisnya terbenam membelah vaginaku sampai menyentuh rahimku,
perutku terasa mulas dibuatnya.
Alfi sambil mulai menggoyang pantatnya maju mundur
perlahan. Penis Alfi kurasakan terlalu besar menusuk vaginaku yang masih
sempit, setiap gesekan penis Alfi menimbulkan rasa nyeri yang membuatku
merintih rintih. Semakin lama batang penis Alfi semakin lancar keluar masuk
menggesek vaginaku karena cairan licin vaginaku mulai keluar secara alamiah,
rasa sakit dikemaluanku semakin berkurang, rintihanku perlahan mulai hilang
berganti dengan suara napas yang berirama dan terengah engah. Bocah nakal ini
ternyata memang pintar membangkitkan nafsuku. hisapan hisapan lidahnya pada
putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Bagaimanapun juga aku
adalah manusia normal yang juga punya napsu birahi, sadar atau tidak aku mulai
terbawa nikmat oleh permainannya, tak ada guna menolak. lebih baik kunikmati
saja persetubuhan ini.
“Ooooh… , oooouugh… , aahhmm… , ssstthh!” .erangan
panjang keluar dari mulutku yang mungil.
Akhirnya aku biarkan diriku terbuai dan larut dalam
goyangan birahi Alfi. Aku memejamkan mata berusaha menikmati perasaan itu, aku
masih sulit percaya membayangkan yang sedang mencumbui tubuhku ini adalah
seorang ABG berumur 16 tahun. Penisnya kini mulai meluncur mulus sampai
menyentuh rahimku. Aku mengerang setiap kali dia menyodokkan penisnya. Gesekan
demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin
menikmati persetubuhan ini, aku tidak perduli lagi orang ini sesungguhnya adalah
anak kecil yang sudah merenggut kehormatanku. Darah perawanku kurasakan mulai
mengalir keluar membasahi seprai dibawah pantatku. Rasa sakitku kini mulai
hilang. Sambil bergoyang menyetubuhiku bibirnya tidak henti-hentinya melumat
bibir dan pentil susuku, tangannyapun rajin menjamahi tiap lekuk tubuhku
sehingga membuatku menggeliat geliat kenikmatan. Rintihan panjang akhirnya
keluar lagi dari mulutku ketika mulai mencapai klimaks, sekujur tubuhku
mengejang beberapa detik sebelum melemas kembali. Keringat bercucuran membasahi
tubuhku yang polos itu sehingga kulitku yang putih bersih kelihatan mengkilat
membuat Alfi semakin bernapsu menggumuliku. Birahi Alfi semakin menggila
melihat tubuhku yang begitu cantik dan mulus itu tergeletak pasrah tak berdaya
di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir
kemaluanku yang mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnya yang cukup
besar itu. Sungguh ironi memang, gadis muda secantik aku terpaksa mendapatkan
kenikmatan seperti ini bukan dengan kekasihku, akan tetapi dengan anak kecil
yang sedang mencabuliku.
“Ouughh..oohhh… ooohhhh… “Aku merintih halus ketika
kurasakan batang penis Alfi besar masih bersarang di vaginaku sementara
ujungnya menyentuh rahimku.
Rintihanku semakin keras saat anak itu mulai
melumati buah dadaku sehingga menimbulkan perasaan geli yang amat sangat setiap
kali lidahnya memyapu nyapu puting susuku . Kepalaku tertengadah lemas ke atas,
pasrah dengan mata setengah terkatup menahan kenikmatan yang melanda tubuhku
sehingga dengan leluasanya mulut Alfi bisa melumati bibirku yang agak basah
terbuka itu. Setelah beberapa saat puas menikmati bibirku yang lembut dia mulai
menggerakkan tubuhku naik turun.
“Ouuhhh… kak!!! Jepitan vagina kakak enak sekaliii…
“suara Alfi sayup sayup kudengar ditelingaku.Aku tak memperdulikannya lagi,
saat ini tubuhku tengah terguncang guncang hebat oleh goyangan pinggul Alfi
yang semakin cepat. Terkadang bocah ini melakukan gerakan memutar sehingga
vaginaku terasa seperti diaduk-aduk. Aku dipaksa terus mempercepat goyanganku
karena merasa sudah mau keluar, makin lama gerakannya makin liar dan eranganku
pun makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Dan ketika orgasme
kedua itu sampai, aku menjerit histeris sambil mempererat pelukanku. pinggulku terangkat
sedikit aku lakukan itu tanpa sadar karena takut kontol Alfi terlepas dari
cengkeraman vaginaku ternyata nikmat sekali sensasi ini. Benar-benar dahsyat
yang kuperoleh walaupun bukan dari pria dewasa. Walau pun masih kecil tapi Alfi
masih mampu menaklukan gadis dewasa sepertiku. Kali ini dia membalikkan badanku
hingga posisi tubuhku menungging lalu mengarahkan kemaluannya di antara kedua
belah pahaku dari belakang. Dengan sekali sentak Alfi menarik pinggulku ke
arahnya, sehingga kepala penis tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh
bibir-bibir kemaluanku. “Oooooouh… ouuuhhgh!” untuk kesekian kalinya penis
laki-laki tersebut menerobos masuk ke dalam liang vaginaku dan Alfi terus
menekan pantatnya sehingga perutnya yang kurus itu menempel ketat pada pantat
mulusku. Selanjutnya dengan ganasnya Alfi memainkan pinggulnya maju mundur
dengan cepat sambil mulutnya mendesis-desis keenakan merasakan penisnya
terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vaginaku yang masih rapat itu.
Inilah pengalaman pertamaku dijamah oleh laki laki yang sudah sangat
berpengalaman dalam bersetubuh, Walaupun berusaha bertahan aku ahirnya
kewalahan juga menghadapi Alfi yang ganas dan kuat itu. Bocah cabul itu
benar-benar luar biasa tenaganya.
Sudah hampir satu jam ia menggoyang dan
menyetubuhiku tetapi tenaganya tetap prima. Tangannya terus bergerilya
merambahi lekuk-lekuk tubuhku. Harus kuakui sungguh hebat anak lelaki seumur
dia dapat bertahan begitu lama dan membuatku orgasme berkali-kali, mungkin
karena sebelumnya dia sudah biasa, aah… entahlah.. aku tidak perduli hal itu,
yang penting aku sudah ia bikin merasakan kenikmatan ragawi walau harus
merelahkan kegadisanku. Aku pasrah saja ketika tubuhku kembali di terlentangkan
Alfi diatas kasur dan digumulinya lagi dengan penuh birahi. Rasanya tak ada
lagi bagian tubuhku yang terlewatkan dari jamahannya. Alfi terus melakukan
gerakan maju mundur beberapa kali, yang awalnya perlahan, lalu semakin cepat
dan beberapa menit kemudian
Ougggggh…Kakkkk Diannnn!!!” Alfi terpekik nikmat sambil
memuncratkan spermanya di dalam rahimku.
Ada rasa hangat didalam rahimku saat ia muncrat itu.
Gerakannya semakin melemah lalu ambruk di dadaku. Kemaluannya sudah kembali
keukuran semula dan terlepas dari kelaminku, aku lalu mendorongnya ke
sampingku. Ia pun rebah di sana. Kini aku berusaha bangun dari rebahan. Aku
merasakan rasa sakit dan nyeri di selangkanganku.Benar yang dikatakan temanku
bahwa jika telah diperawani untuk pertama kali, akan susah berjalan, aku hanya
bisa duduk. Rasa nyeri mendera liang kelaminku. Saat itu aku melihat lelehan
darah segar di pahaku, juga di sprey yang kusut itu.Kesedihan amat mendera
sanubariku yang paling dalam.Aku menyesalinya kenapa aku menyerahkan diri pada
lelaki lain dan bukan pada suamiku kelak.Aku juga menyesali ketidak mampuan
diriku menahan rangsangan-rangsangan yang diberikan Alfi padaku.Aku sungguh
merasa bersalah, ini bukanlah semata mata kesalahan Alfi. Aku juga andil
menyebabkan dia mengambil apa yang bukan haknya. Dalam kesedihanku setelah
berhasil di renggutnya kehormatanku oleh Alfi. Aku hanya duduk terdiam di
sandaran ranjangku. Dimataku masih ada jejak jejak tangis. Tubuh telanjangku
aku tutup dengan selimut tebal. Selain kesadaranku sudah pulih ditambah hawa
dingin yang masih terasa.
Aku lihat di sampingku tergolek tubuh hitamnya. Alfi
yang baru saja merenggut kehormatanku. Ia terlihat sangat nyenyak, juga di
wajahnya tersirat kepuasan. Di dalam hatiku aku serasa ingin marah dan
mengusirnya yang masih tidur di ranjangku.Aku pandangi wajah bocahnya. Mulai
dari kepalanya, hingga perutnya yang hitam juga benda panjang yang baru saja
mengaduk aduk kewanitaanku. Dia masih terlelap dan saat itu tubuhnya hanya
tidak tertutup apapun juga.Aku heran dia tidak merasakan dingin, sedangkan aku
hampir saja menggigil. Aku berusaha untuk tidur, namun rasa nyeri dan agak linu
di kemaluanku membuatku susah untuk memicingkan mata. Di saat aku berusaha
untuk memicingkan mata Alfi terbangun. Ia lalu membelai bahuku dan
menghembuskan nafasnya yang hangat.Aku sadar ia sepertinya ingin merangsangku
kembali. Namun perbuatannya itu aku biarkan saja tanpa menggubrisnya. Ia
semakin meningkatkan rabaanya di bahu dan payudaraku. Aku merinding saat itu,
dan berusaha menghalangi dia mencium tengkukku. Usahaku tidak berhasil, malah
dia yang semakin berusaha membalikan wajahku untuk berbalik ke arah
wajahnya.Dalam keadaan itu akupun terpaksa menghadap wajahnya. Lalu ia raih
daguku dan ops…bibirku langsung disergap dengan ciuman. Tangannya tak tinggal
diam, meremas dan membelai buah dadaku. Aku semakin merintih menahan rasa geli
dan hangatnya belaian tangan kecilnya. Lalu tangan kirinya turun ke bawah,
kearah liang kewanitaanku. Membelai belai klitorisku lalu dengan jarinya
tengahnya ia merogoh bagian dalam liang kewanitaanku yang kini sudah tidak
perawan lagi. Aku semakin tak kuasa menahan setiap gerakan jarinya. Aku sudah
mulai terbakar birahi lagi. Mukaku kembali memerah dan keringat ku kembali
timbul, karena aku merasakan tubuhku tidak dingin, kini sudah panas karena
birahi. Alfi beranjak bangun sambil menyingkirkan selimut yang menutupi kami
saat itu.Kini tubuhku dan Alfi sudah sama terbuka. Ia berusaha membuka kedua
pahaku kembali dan memposisikan tubuhnya tepat diantara pahaku.Aku tahu ia
kembali ingin menghabiskan malam itu denganku dengan melakukan hubungan badan
kembali. Dan sepertinya iapun tahu jika aku sudah siap untuk disenggamainya
lagi.
Aku kini sudah merasakan tidak ada lagi yang akan
aku pertahankan dan semua sudah terlanjur basah. Kini aku cenderung menurut apa
yang akan ia lakukan. Malah kini aku membantunya dengan membuka kedua pahaku
lebih lebar untuk di masukinya. Kini kami sudah berhadap-hadapan, siap untuk
melakukan keintiman. Bertahap dan penuh kehati-hatian Alfi mulai mengarahkan
kemaluannya ke dalam vaginaku. Aku kini merasakan sensasinya amat dalam. Kini
aku sudah tidak terpaksa lagi. Awalnya hanya kepala kemaluannya yang menyentuh
bibir liang senggamanku, lalu berangsur semuanya.Aku kini merasakan sentuhan
kemaluan Alfi masuk ke dalam liang vagina hingga menyentuh rahimku. Meski rasa
perih dan nyilu masih terasa, namun aku sudah tidak memperdulikannya. Alfi
bergerak maju mundur mengocok dengan teratur. Kini Ia tak tergesa-gesa seperti
saat ia pertama kali menjebol kegadisanku. Kali ini begitu penuh perasaan dan
kelembutan. Ketika ia terus memandangi mataku, aku jadi malu sehingga
kupejamkan mataku ini. Lalu gerakannya kembali berangsur cepat dan cepat. Aku
merasakan ada sesuatu yang akan meledak di dalam kewanitaanku. Aku berusaha
menahan rasa itu hingga tanpa bisa aku halangi, kini malah tubuhku serasa
mengejang dan otot-otot diseluruh persendianku mengeras.
“Arggggg!!!…Fiiii” pekikku nikmat
Aku mendapatkan orgasmeku,namun Alfi masih saja
tetap masih dalam gerakan memompa semakin cepat. Tangannya tak tinggal diam
sambil meremas kedua payudaraku. Aku semakin tak bisa mengendalikan diri lagi.
Aku raih bahunya, dan aku jepitkan kedua kakiku di pinggangnya. Hingga beberapa
menit kemudian tubuh Alfi langsung mengejang dan gerakannya pinggulnya seakan
mendorong kemaluannya ke dalam rahimku. Ia seakan ingin memasukan kemaluannya
lebih dalam lagi. Tanpa bisa aku cegah lagi, ia pun menumpahkan air spermanya
dalam rahimku. Ia lalu memelukku amat erat, seakan tak mau terpisah dari
tubuhku. Keadaan kami masih dalam posisi berdempetan dengan tubuhku di bawah
tindihan tubuh kurusnya tanpa melepas ikatan kelamin kami. Dengan tubuh masih
basah oleh keringat dan lendir sisa sisa persenggamaan, Aku pun akhirnya
tertidur bersama Alfi sambil berpelukan di ranjangku.
Paginya aku terbangun dan sudah tidak melihat Alfi
lagi di sampingku. Aku berusaha bangkit dari ranjang, baru saja akan
menginjakkan kaki di lantai, oh…aku kembali merasakan nyilu di kemaluanku.
Dengan tertatih aku berjalan keluar kamar menuju ke kamar mandi dan
membersihkan tubuhku dari sisa sisa persebadanan kemarin. Semua lendir dan
jejak jejak yang menempel di tubuhku aku bersihkan dengan sabun. Kemudian aku
masuk kamar untuk mengambil pakaian. Kulihat Alfi sudah berada di dalam
kamarku. Ia tampak baru saja mengganti kain sprey yang sudah kotor dan ternoda
darah kehormatanku. Ia kemudian membawa sprey itu ke luar kamar dan
merendamnya. Tidak lama kemudian ia masuk lagi ke dalam kamarku. Aku kaget dan
agak kesal padanya yang seenaknya masuk kamarku dan mengecup bahuku. Ia diam
dan malah memandang mataku dalam-dalam.
“kak Dian marah sama Alfi?”
“Engga.. kakak cuma sedih karena …”
“…keperawanan kakak Alfi pecahin tadi malam, ya
kak..?” sambungnya
“Maafin Alfi ya kak… Alfi tidak tahan lagi sudah
satu bulan Alfi ngga ngentot…begitu liat kak Dian Alfi jadi nafsu banget.”
“ka.. kamu sudahh sering melakukan ini ,fii?”
Alfi mengangguk. Sudah kuduga anak ini pasti sudah
sering sekali melakukan hal ini. Hanya saja aku heran bagaimana mungkin ia
leluasa berbuat itu dalam pengawasan Sandra. Sungguh teledor sahabatku itu,
tanpa sepengetahuannya mungkin saja Alfi begituan dengan pembantu sebelah atau
perempuan apalah, sehingga dalam usia masih dibawah umur Alfi sudah terlanjur
mangenal seks bebas, pikirku.
”Kalau boleh kakak tahu sama siapa kamu sering
melakukan itu, Fi?” Alfi nanpak terlihat ragu-ragu ketika kutanya hal itu
“Kamu sudah mengambil semua milik kakak tapi memberi
tahu hal itu kamu tidak mau”
“Tapi kakak jangan bilang siapa-siapa ya..”
“Ok Kakak janji”
“Betul ya kak, Alfi takut orang lain tau, Alfi bisa
celaka”ujarnya memelas.
“Bukankah sejak tadi malam kakak sudah jadi istri
kamu, seorang istri khan harus menjaga rahasia suaminya ,ayo fii bilang sama
kakak” rayuku sungguh aku penasaran siapa perempuan yang selama ini telah tidur
dengan pejantan kecil ini.
“Alfi akan kasih tahu kakak siapa dia? …gadis itu
..Kak Sandra”
Aku kaget bukan kepalang, seakan tak percaya apa
yang ku dengar dari pengakuan Alfi
“Apaaa??…Sa..Sandraaa? Kamu tidak sedang
main-mainkan fii”
“Ngga kak, Alfi jujur sma kakak sebab Alfi sayang
kak Dian”
“se..sejakk kapaannn Fiii?” aku tergagap
Lalu Alfi menceritakan suatu kisah yang sungguh luar
biasa buat kudengar. Tak pernah terbayangkan olehku sahabatku Sandra juga telah
menyerahkan kegadisannya untuk direngut Alfi yang kala itu belum genap berusia
16 th. Lebih gilanya lagi hal itu atas permintaan sang calon suaminya, Didit,
dan selama satu tahun ini mereka melakukannya nyaris hampir setiap hari,
malam-malam Sandra diisi dengan persetubuhan panas dengan sang Alfi si ABG
ingusan ini. Didit sendiri lebih puas hanya bermasturbasi di sofa menonton
persetubuhan istrinya dengan anak itu. Aku mendengarkan sambil melongo dengan
takjub dan napsu birahiku naik menjalar keseluruh tubuhku sepanjang Alfi bercerita,
”Kakakpun kini sudah tenoda oleh ulahmu tadi malam,
kamu tidak akan meninggalkan kakak kan, Fii”
“Tentu kak, Alfi cinta kak Dian, Alfi sayang kak
Dian..Alfi juga mau jadi suami kak Dian kalo Alfi sudah cukup umur menikah”
“hi hi.. kecil-kecil pintar ngegombal kamu, Fii.
Lantas bagaimana dengan Sandra?” godaku
“mulai sekarang Alfi akan membagi waktu buat kak
Dian dan kak Sandra, Alfi sanggup kak”
Alfi menunjukan tekatnya padaku, sambil kembali
mencium bibirku, aku bahkan kini membalas ciumannya dengan liar.
“kak..Boleh Alfi malakukannya lagi sama kak Dian?”
bisiknya
Entah terpengaruh oleh cerita Alfi barusan atau
memang aku sangat ingin Alfi melakukannya sehingga aku diam saja saat Alfi
membaringkan tubuhku di ranjang. Ia lalu menciumi rambutku yang masih basah
karena keramas. Iapun sedang berusaha untuk melepaskan handuk ku. Aku seakan
tak berdaya, menolaknya. Dan akhirnya di pagi hari itu, kami kembali mengayuh
kebersamaan ragawi bersama.Aku beberapa kali mengalami orgasme. Tubuhku seakan
semakin mampu membalas perlakuannya. Kini tak ada lagi rasa sakit di
kewanitaanku saat bersebadan. Aku pun sudah tak malu malu lagi memegang alat
kelaminnya yang masih kokoh itu. Selama tiga hari aku tak ngantor, kubuat saja
alasan sakit. Selama tiga hari itu pula aku dikekapi Alfi. Aku rela dijadikan
budak nafsunya. Celana dalamku tak pernah sempat terpasang lagi.
Sepanjang hari
kerja kami hanyalah bersenggama, bersenggama dan bersenggama saja. Untunglah
makanan selalu tersedia di lemari es Sandra sehingga aku tidak perlu keluar
rumah. Tak kami sadari saat Sandra pulang. Ketika itu kami berdua sedang
mengarungi puncak ombak lautan birahi, tentu saja ia memiliki kunci untuk masuk
ke dalam rumahnya sendiri. Persetubuhan kami mendadak terhenti, aku terkejut
melihat Sandra sudah berdiri di muka pintu kamar .Entah sudah berapa lama ia
berdiri di situ melihat perbuatan kami. Bukan main malu sekali rasanya
tertangkap basah dalam keadaan seperti itu. Dekapan kami terlepas dan aku
mencoba meraih selimut untuk menutup tubuhku yang telanjang. Sementara
Alfi berdiri ketakutan.. kasihan anak itu hanya tertunduk tak berani menatap
wajah Sandra.
“Fii sinii!!” Alfi mendekat dengan takut-takut
dipanggil temanku itu
Sungguh diluar dugaan Sandra malah memagut bibir
Alfi dan Alfi yang terkejut karena senang membalas menciumnya dengan liar dan
akhirnya mereka saling melumat.
“Fii..kakak kangen” ujar Sandra manja
“Alfi juga kak, jangan tinggalkan Alfi lama-lama
lagi ya kak”
“iya kakak janji Fii”
“Kakak ingin kamu intimi tapi sekarang kamu mandi
dulu sepertinya kamu ngga mandi berhari-hari.. ya, mentang-mentang nemu perawan
cantik”
Alfi nyengir lalu menghilang ke arah belakang. Kini
tinggal aku berdua dengan Sandra
“Sannnd…kamu sudah pulang?” aku berusaha menyapanya
meski rikuh.
Aku bertambah salah tingkah saat tiba-tiba Sandra
tersenyum-senyum nakal.
“hi..hii..hiii.. Dian sayang, akhirnya kamu ketemu
batunya sama Alfi”
“Maaf ya Sand… aku tak bermaksud merebut Alfi
darimu…aku..”
“ngga pa pa kok aku rela berbagi sama kamu..aku
sengaja pulang lebih awal karena takut Alfi direbut perempuan lain karena tak
kuat menahan nafsunya. Untung Alfi menemukan kamu manis.”
“Bener kamu ngga marah Sand?”
Senyum merekah Sandra membuatku yakin akan
perkataannya.
“Malah aku harus minta maaf telah mengganggu kemesraan
kalian Aku suka kamu melakukannya sama Alfi ketimbang kau digituin sama cowok2
keren tapi ngga mampu ngasih kepuasan sama kamu”
“Sand..apakah aku bakalan hamil?, Alfi tak pernah
sekalipun memakai kondom atau kontrasepsi ketika berhubungan badan denganku.”
“maybe yes..maybe no..hi..hi.hi”
“Sannnd…”
“jangan kuatir Dian sayang… selama satu tahun kami
tak pernah sekalipun menggunakan pengaman saat senggama namun aku tak kunjung
hamil meski aku dan Alfi sangat menginginkannya dan kalau pun kamu hamil anakmu
nanti biarlah aku yang mengurus”
Ujar Sandra membelai rambutku.
“Sand..”
“ya?”
“ironis sekali, dulu sewaktu smu juga saat kuliah
sudah berapa cowok kita campakkan tapi kini kita berdua malah jatuh di kaki
seorang anak ABG di bawah umur macam Alfi”
“Alfi memang berbeda dari anak lain seusianya.
Bahkan, kalau boleh aku jujur, hanya dengan Alfi-lah, aku mendapatkan kepuasan
yang sejati meski cintaku hanya buat suamiku”
Sejak saat itu, hubungan antara aku dengan Alfi tak
terpisahkan lagi. Hari-hari kami diisi oleh persetubuhan-persetubuhan yang amat
panas. Alfi berlaku bagai seorang suaminya yang baik, mampu mengiliri aku dan
Sandra, bahkan terkadang kami lah dibuatnya kewalahan melayani libidonya yang
besar. Sandra memintaku untuk tinggal bersama serumah dengan mereka dulu.
Sebuah kamar baru mereka buatkan untukku, bahkan Sandra juga tidak
menghalangi apalagi melarang aku untuk berhubungan seks dengan suaminya Didiet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.