Pak Hambali adalah ketua RT di daerah tempat aku
tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan
biaya air ledeng. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan
mempunyai dua istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot tua,
buktinya ketika di rumahku kalau aku melewat didepannya, seringkali matanya
jelalatan melihat padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku.
Bagiku sih tidak apa-apa, aku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki,
terkadang aku memakai baju rumah yang seksi kalau melewat di depannya. Aku
yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok tentangku.
Pada suatu hari aku sedang di rumah sendirian. Aku
sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang
belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Aku memakai pakaian
yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan
dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul
keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi aku tidak memakai BH, juga sebuah
celana pendek ketat yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang
melatih pahaku, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk
kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari
jendela, ternyata Pak Hambali yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng,
yang dititipkan ayah padaku tadi pagi.
Kubukakan pagar dan kupersilakan dia ke dalam
“Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah mempersilakannya duduk di ruang tengah
“Kok sepi sekali dik, kemana yang lain ?”
“Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, mama juga lagi arisan sama teman-temannya”
Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya.
“Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah mempersilakannya duduk di ruang tengah
“Kok sepi sekali dik, kemana yang lain ?”
“Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, mama juga lagi arisan sama teman-temannya”
Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya.
“Minum Pak” tawarku lalu aku duduk di depannya
dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu
makin terlihat. Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu
Dia menanya-nanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku
“Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya
“Iya nih Pak , biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, bapak bisa bantu pijitin ga ?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku.
Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu.
Dia menanya-nanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku
“Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya
“Iya nih Pak , biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, bapak bisa bantu pijitin ga ?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku.
Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu.
“Mari Dik, kesinikan kakinya biar bapak pijat”
Aku lalu merubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh…pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku.
“Pijatan bapak enak ya Dik ?” tanyanya
“Iya Pak, terus dong…enak….emmhh !” aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Hambali, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh.
Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya
“Enngghh…Pak !” desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian itu
Aku lalu merubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh…pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku.
“Pijatan bapak enak ya Dik ?” tanyanya
“Iya Pak, terus dong…enak….emmhh !” aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Hambali, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh.
Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya
“Enngghh…Pak !” desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian itu
Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu Pak
Hambali pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku
dipelorotkannya beserta celana dalamku. “Aaww…!” aku berlagak kaget sambil
menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Melihat reaksiku yang malu-malu
kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga
lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga
dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya,
klistorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Hambali
tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawah itu.
“Kamu memang sempurna Dik Citra, daridulu bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga” rayunya
“Kamu memang sempurna Dik Citra, daridulu bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga” rayunya
Dia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat
melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka
sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah
dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat
aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Hambali begitu
membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat
menghadap ke mukanya.
“Hhmm…wangi, pasti adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita.
Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh…lidahnya menjilati klistorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.
“Hhmm…wangi, pasti adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita.
Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh…lidahnya menjilati klistorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.
“Pak…oohh..saya juga mau…pak !” desahku tak tahan
lagi ingin mengulum penis itu.
“Kalau begitu bapak di bawah saja ya dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69
Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh…batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mamasukkannya.
“Kalau begitu bapak di bawah saja ya dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69
Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh…batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mamasukkannya.
Aku mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya
dengan tanganku. Pak Hambali mendesah-desah enak menikmati permainanku,
sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan
memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan
yang sama mengelus-elus klistoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya
juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang
hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin
bersemangat mengulum penisnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada
sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Hambali. Aku lepaskan penisnya dari
mulutku dan menatap padanya.
Pak Hambali menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja
ruang tamu, lalu dia berkata
“Ayo dik, terusin dong karaokenya, biar bapak ngomong dulu di telepon”
Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa.
“Ayo dik, terusin dong karaokenya, biar bapak ngomong dulu di telepon”
Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa.
“Ngga kok…tidak apa-apa…cuma tenggorokkan saya ada
masalah dikit” katanya di HP
Tak lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku.
“Wah…dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan bapak udah suruh stop dulu, eee…malah dibikin keluar lagi, untung ga curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku
“Hehehe…sori deh pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi bapak seneng kan” kataku dengan tersenyum nakal
“Hmm…kalo gitu awas ya sekarang bapak balas bikin kamu keluar nih” seringainya, lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku.
Tak lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku.
“Wah…dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan bapak udah suruh stop dulu, eee…malah dibikin keluar lagi, untung ga curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku
“Hehehe…sori deh pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi bapak seneng kan” kataku dengan tersenyum nakal
“Hmm…kalo gitu awas ya sekarang bapak balas bikin kamu keluar nih” seringainya, lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku.
Pak Hambali menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu
dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang
putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda
itu dengan mulutnya. Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga
mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia
membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke
mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya
seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh
permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga
suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan
deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya
terhimpit diantara kedua paha mulusku.
Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak
jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati
cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan
cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini
dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya
yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku
“Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya
Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.
“Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya
Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.
“Enggh…masukin aja Pak, udah kepingin nih”
Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Hambali mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.
Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Hambali mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.
Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku,
ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku
menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan
mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah
benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai
dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku
merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah,
lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan
liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam
oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke
bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak.
Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari
mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku
terkulai lemas dalam pelukannya.
Dia menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat
berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah
lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah
minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada
tenggorokkanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang
masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total. Sebelum
tenagaku benar-benar pulih, Pak Hambali sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa
pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana
kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling
berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Hambali menempelkan penisnya pada
vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh…mataku yang terpejam menikmati
ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis
itu menusuk lebih dalam.
Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati
gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan
dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada
pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara
pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat
atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh
liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat
lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh…ternyata dia
sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar
itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.
“Uuuhh..Pak…aakkhh…!” aku kembali mencapai orgasme,
vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera
keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara
kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku
sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan
kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas
penisnya, Pak Hambali bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan
kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok
kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal,
aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air.
“Bapak udah mau…dik…Citra…!!” desahnya dengan
mempercepat kocokkannya.
“Di luar…Pak…ahh…uuhh…lagi subur” aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.
Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.
“Di luar…Pak…ahh…uuhh…lagi subur” aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.
Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.
Sofa tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat
dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan
sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku
kembali ke ruang tamu, Pak Hambali sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu
meneguk air yang tersisa di gelasnya.
“Wah Dik Citra ini benar-benar hebat, istri-istri bapak sekarang udah ga sekuat adik lagi padahal mereka sering melayani bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.
“Wah Dik Citra ini benar-benar hebat, istri-istri bapak sekarang udah ga sekuat adik lagi padahal mereka sering melayani bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.
Setelah berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke
pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah
yakin tidak ada siapa-siapa dia menepuk pantatku dan berpamitan
“Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik”
“Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang” kataku dalam hati
Akhirnya aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar “medan laga” kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.
“Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik”
“Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang” kataku dalam hati
Akhirnya aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar “medan laga” kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.